Tuesday 30 August 2016

MAKNA WAZAN تفعّل, تفاعل, افعلّ, استفعل, FI’IL JAMID DAN MUTASHARRIF .


A.           TAFA’_‘ALA (تَفَعَّلَ )

Memiliki 7 makna, yaitu
1.              مُطَاوَعَة dari fi’il wazan fa’-‘ala yang bermakna taktsir.
Contoh: كَسَّرْتُ الزُّجَاجَ, فَتَكَسَّرَ ( saya memecah-mecah kaca, maka jadi pecah-pecahlah)
2.              Takalluf, maksudnya pelaku berusaha lebih untuk menampakkan sesuatu dari dalam dirinya.
Contoh: تَشَجَّأَ زَيْدٌ  (zaid memberanikan diri)
3.              Fa’il mengambil asal fi’il dari maf’ul
Contoh: تَبَنَّيْتُ يُوْسُفَ ( Saya mengambil anak [mengadopsi] yusuf)
4.              Menunjukan menghindari suatu pekerjaan.
Contoh: تَذَمَّمَ زَيْدٌ  (zaid manghindari perbuatan tercela)
5.              Menunjukkan makna “(berubah) menjadi”
Contoh: تَأَيَّمَتِ اْلمَرْأَةُ  (perempuan itu menjadi janda)
6.              Menunjukkan hasil suatu pekerjaan secara berangsur-angsur
Contoh: تَفَهَّمَ زَيْدٌ  ( zaid faham sedikit demi sedikit)
7.              Menuntut atau meminta sutau hasil pekerjaan.
Contoh:  تَبَيَّنَ زَيْدٌ عَمْرًو  (  zaid meminta penjelasan terhadap ‘amr)

B.           TAFAA_’ALA (تَفَاعَلَ )

1.              Saling (masing-masing fail bisa jadi maful)
Contoh: تَضَارَبَ زَيْدٌ وَ عَمْرٌو  (Zaid dan ‘Amr saling memukul)
2.              Menunjukkan  arti pura-pura.
Contoh: تَمَارَضَ زَيْدٌ  (Zaid berpura-pura sakit)
3.              Terjadinya pekerjaan secara bertahap
Contoh: تَوَارَدَ اْلقَوْمُ  (Kaum itu datang secara berangsur-angsur)
4.              Menjadi Muthaw’ahnya wazan Faa’ala,
Contoh: بَاعَدْتُهُ, فَتَبَاعَدَ  ( Saya menjauhkannya, maka jadilah jauh)

C.           IF’ALLA ( افْعَلَّ )

1.              Masuknya fa’il pada suatu sifat..
Contoh:  احْمَرَّ اْلبُسْرُ  (buah kurma itu memerah)
2.              Penekanan terhadap sifat yang dimiliki fa’il
Contoh: اسْوَدَّ الَّيْلُ  (malam ini sangat pekat)

D.          ISTAF’ALA (اسْتَفْعَلَ )

  1. Fa’il meminta maf’ul melakukan suatu pekerjaan.
Contoh: أَسْتَغْفِرُ اللهَ  (saya memohon ampun kepada Allah) berarti saya meminta Allah mengampuni saya.
  1. Menemukan suatu sifat yang dimiliki oleh maf’ul.
Contoh: اسْتَعْظَمْتُ مُحَمَّدًا  (saya menemukan keagungan dari diri muhammad)
  1. Perubahan keadaan fa’il kepada asal fi’il.
Contoh:  اسْتَحْجَرَ الطِّيْنُ  ( tanah ini membatu)
  1. Takalluf, maksudnya pelaku berusaha lebih untuk menampakkan sesuatu dari dalam dirinya.
Contoh: اسْتَجْرَأَ مُحَمَّدٌ  ( Muhammad memberanikan diri)
  1. Makna فَعَلَ  Mujarrod
Contoh: اسْتَقْرَأَ  bermakna قَرَّ  (tetap)
  1. Menjadi Muthaw’ahnya wazan فَاعَلَ  dan أَفْعَلَ.
Contoh: أَحْكَمْتُهُ, فَسْتَحْكَمَ (saya telah mengukuhkannya, maka jadilah  kukuh.)

Tambahan :
Fi’il tsulâtsî mujarrad (fa’ala, fa’ila, fa’ula) dapat ditambahi tiga huruf di depan berupa alif, sîn, dan tâ`; dibaca istaf’ala. Lihat tabel di bawah.
Wazan istaf’ala memiliki beberapa makna:
1. Thalab (meminta). Contoh:
a. kata ghafara (mengampuni) diubah menjadi istaghfara, maka maknanya menjadi thalabul maghfirah (meminta ampunan),
b. kata fahima (memahami) diubah menjadi istafhama, maka maknanya menjadi thalabul fahmi (meminta pemahaman/penjelasan).
2. Tahawwul atau Shairûrah (menjadi). Contoh:
a. kata hajar (batu) dapat dibentuk menjadi kata istahjara, dengan makna shâra hajaran (menjadi batu),
b. kata asad (singa) dapat dibentuk menjad kata ista`sada, dengan makna shâra kal asad (menjadi seperti singa).
3. Ishâbah (membenarkan) atau I’tiqâd (meyakini). Contoh:
a. kata karuma (mulia) diubah menjadi istakrama. Contoh kalimat: istakramtuhu; maknanya: ashabtuhu karîman (saya membenarkan bahwa ia mulia),
b. kata ‘azhuma (agung) diubah menjadi ista’zhama. Cintoh kalimat: ista’zhamtuhu; maknanya: ashabtuhu ‘azhîman (saya membenarkan bahwa ia agung).
4. Muthâwa’ah (mengerjakan pekerjaan itu sendiri) bagi wazan af’ala. Contoh:
a. kalimat aqamtuhu wastaqâma (aku meluruskannya, sehingga ia lurus),
b. kalimat ahkamtuhu wastahkama (aku menetapkannya, sehingga tetaplah ia).
5. Ikhtishârul hikâyah (meringkas rangkaian kalimat menjadi sebuah istilah). Contoh:
a. kata istarja’a bermakna mengucapkan kalimat: innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.
6. Bermakna seperti wazan tafa’’ala. Contoh:
a. kata ista’zhama maknanya sama dengan ta’azhzhama,
b. kata istakbara maknanya sama dengan takabbara.
Mengenai makna kata-kata berwazan tafa’’ala, dapat dilihat dalam pembahasan terkait.
7. Bermakna seperti wazan fa’ala. Dengan kata lain, tidak ada bedanya dengan fi’il tsulâtsî mujarrad-nya dalam hal makna. Contoh:
a. kata istaqarra semakna dengan kata qarra (tetap),
b. kata istahza`a semakna dengan kata haza`a (mengejek).
8. Bermakna seperti wazan af’ala. Contoh:
a. kata istajâba semakna dengan kata ajâba,
b. kata istayqana semakna dengan kata ayqana.
Mengenai makna kata-kata berwazan af’ala, dapat dilihat dalam pembahasan terkait.
Memperhatikan berbagai makna di atas, kita bisa katakan bahwa kata berwazan istaf’ala ada yang muta’addî (transitif; membutuhkan objek), ada pula yang lâzim (intransitif; tidak membutuhkan objek). Contoh yang muta’addî adalah istahsana. Sedangkan contoh lâzim adalah istahjara.
Tabel berikut ini semoga bisa memperjelas pembahasan ini.

رقم
معنى الزيادة
المثال
معنى
أصل الكلمة
الفعل
الإسم
1
الطَّلَب
اسْتَغْفَرَ
طَلَبُ اْلمَغْفِرَة
غَفَرَ
غُفْر, مَغْفِرَة
اسْتَفْهَمَ
طَلَبُ اْلفَهْم
فَهِمَ
فَهْم
2
التَّحَوُّل أَوْ الصَّيْرُوْرَة
اسْتَحْجَرَ
صَارَ حَجَرًا
-
حَجَر
اسْتَأْسَدَ
صَارَ كَاْلأَسَد
-
أَسَد
3
اْلإِصَابَة أَوْ اْلإِعْتِقَاد
اسْتَكْرَمَ
أَصَبْتُهُ كَرِيْمًا
كَرُمَ
كَرِيْم
اسْتَعْظَمَ
أَصَبْتُهُ عَظِيمًا
عَظُمَ
عَظِيْم
4
اْلمُطَاوَعَة
اسْتَقَامَ
أَقَامَ نَفْسُهُ
قَامَ
قِيَام
اسْتَحْكَمَ
أَحْكَمَ نَفْسُهُ
حَكَمَ
حُكْم
5
اخْتِصَارُ اْلحِكَايَة
اسْتَرْجَعَ
قَالَ : إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
رَجَعَ
رَجْع
6
بِمَعْنَى وَزْنِ (تَفَعَّلَ)
اسْتَعْظَمَ
تَعَظَّمَ
عَظُمَ
عَظِيْم
اسْتَكْبَرَ
تَكَبَّرَ
كَبُرَ
كِبْر
7
بِمَعْنَى وَزْن (فَعَلَ)
اسْتَقَرَّ
قرَّ
قرَّ
قَرَار
اسْتَهْزَأَ
هَزَأَ
هَزَأَ
هَزْأ
8
بِمَعْنَى وَزْنِ (أَفْعَلَ)
اسْتَجَابَ
أَجَابَ
-
جَوَاب
اسْتَيْقَنَ
أَيْقَنَ
-
يَقِيْن

E.      FI’IL  JAMID (STATIS)

Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk Shighah. Baik hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk Fi’il Amar saja. Atau ada hanya berbentuk Fi’il Mudhari’  saja tapi jarang.

Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Madhi saja:
FI’IL MADHI JAMID
TERJEMAH
CONTOH
عَسَى
Mengharap
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ
mudah-mudahan Allah memaafkan mereka
لَيْسَ
Meniadakan
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
Dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya
بِئْسَ
Celaan, Kecaman
بِئْسَ الرَّجُلُ أبُو لَهَبَ
Seburuk-buruknya lelaki adalah Abu Lahab
نِعْمَ
Pujian, Sanjungan
نِعْمَ الرَّجُلُ أبُو بَكْرٍ
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu Bakar
تَبَارَكَ
Maha Suci
تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam


Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Amar saja:
FI’IL AMAR JAMID
TERJEMAH
CONTOH
تَعَلَّمْ
Percayalah!
تَعَلَّمْ أَنّ الرِّبَا بَلاَءٌ
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu membawa petaka
هَبْ
Anggaplah!
فَقُلْتُ أَجِرْنِي أَبَا خَالِدٍ × وَإِلاَّ فَهَبْنِي امْرَأً هَالِكًا
Aku Cuma bisa berkata… pertahankanlah aku wahai Abu Khalid…atau jika tidak… maka anggaplah aku seorang yang telah binasa
تَعَالَ
Kemari!, Yuk!
هَيَّا زَيْد تَعَالَ
Hai Zaid…Kemarilah!
هَاتِ
Bawalah kemari!, Tunjukkanlah!
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.”

Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Mudhari’ saja:
FI’IL MUDHARI’ JAMID
TERJEMAH
يَهْبِطُ
Memekik, mengerang, berteriak karena takut.

F.      FI’IL MUTASHARRIF (ELASTIS)


Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah bentuknya sesuai tashrif ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:
 1. Tam Tasharruf (تام التصرّف)"sempurna dalam mutasharrif-nya”
Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti نصر dan دحرج.

FI’IL AMAR
FI’IL MUDHARI’
FI’IL MADHI
اُنْصُرْ!
يَنْصُرُ
نَصَرَ
دَحْرِجْ!
يُدَحْرِجُ
دَحْرَجَ


2. Naqis Tasharruf (ناقص التصرّف) “cacat dalam mutasharrif-nya”
Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada table.

FI’IL AMAR
FI’IL MUDHARI’
FI’IL MADHI
×
يَكَادُ
كَادَ
×
يُوْشِكُ
أَوْشَكَ
دَعْ!
يَدَعُ
×
ذَرْ!
يَذَرُ
×

2 comments:

  1. Jzzk,klu tak keberatan,boleh tak share rujukan sorof yang saya boleh rujuk berkaitan makna wazan ni?

    ReplyDelete