Monday 21 December 2015

Pelajaran Nahwu 5: Isim-isim yang marfu’ (مرفوع), manshub (منصوب), dan majrur (مجرور) Definisi marfu’, manshub, dan majrur

sim-isim yang marfu’ (مرفوع), manshub (منصوب), dan majrur (مجرور)

Definisi marfu’, manshub, dan majrur


Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.

Misal


Pada kalimat تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ (ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.

Kata أَحمَدُ ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata أَحمَدُ tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).

Kata اللغةَ ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-I’rob nashob, maka kata kata اللغةَ tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).

Kata المسجدِ ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu في) dengan tanda kasroh. Karena ber-I’rob jar, maka kata kata المسجدِ tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan, diantaranya “didahului huruf jar”.


Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur


Isim-isim yang marfu’


Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:
  1. Mubtada’ (المبتدأ)
    Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.

    Misal : الكتابُ جديدٌ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
    Kata الكتاب (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.


  2. Khobar Mubtada’ (الخبر)
    Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
    Pada kalimat الكتابُ جديدٌ di atas, kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan makna mubtada’

  3. Isim kaana ( اسم كان) dan saudara-saudaranya
    Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.

    Misal : كان الكتابُ جديدًا (Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

    Kata الكتابُ (= buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.

  4. Khobar Inna (خبر إنّ) dan saudara-saudaranya
    Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.

    Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

    Kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar inna”

  5. Fa’il (الفاعل)
    Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.

    Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

    Kata الطالبُ (= siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.

  6. Naibul Fa’il (نائب الفاعل)
    Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.

    Misal : قـُرِأتْ الرسالةُ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.

    Kata الرسالةُ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu dibaca)

Isim-isim yang manshub


Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:
  1. Khobar Kaana (خبر كان)
    Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.

    Misal : كان الكتابُ جديدًا ( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

    Kata جديدًا (= baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar kaana”.

  2. Isim Inna (اسم إن)
    Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.

    Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

    Kata الكتابَ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”

  3. Maf’ul Bih (المفعول به)
    Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek.

    Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

    Kata رسالةً (= surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu sebagai objek (maf’ul bih).

  4. Maf’ul Muthlaq ( المفعول المطلق)
    Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.

    Misal : حفظتُ الدرسَ حـِفظاً (hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran.

    Kata حـِفظاً (penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”

  5. Maf’ul Li ajlih ( المفعول لأجله)
    Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)

    Misal : حَضَرَ عليُّ إكراماً لِمحمدٍ (hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena memuliakan Muhammad.

    Kata إكراماً (penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( إكراماً) Muhammad.


  6. Maf’ul Ma’ah ( المفعول معه)
    Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk menunjukkan kebersamaan.

    Misal : استيقظتُ و تغريدَ الطيور (istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.

    Kata تغريدَ (=kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.

  7. Maf’ul Fih ( المفعول فيه)
    Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan tersebut terjadi).

    Misal : سافرتْ الطائرةُ ليلا (saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam hari.

    Kata ليلا (= malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).


  8. Haal (الحال)
    Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)

    Misal : جاء الولد باكيا (jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan menangis.

    Kata باكيا (=menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.

  9. Mustatsna (المستثنى)
    Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.

    Misal : حَضَرَ الطلابُ إلا زيداً (hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali Zaid

    Kata زيداً (= Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh إلا (=kecuali) yang merupakan alat istitsna.

  10. Munada’ (المنادى)
    Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).

    Misal : يا رجلا (yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!

    Kata رجلا (= seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh يا (= wahai) yang merupakan salah satu alat nida’.

  11. Tamyiiz (التمييز)
    Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya yang rancu.

    Misal : اشتريتُ عشرين كتابا (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.

    Kata كتابا (= buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.

Isim-isim yang majrur


Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:
  1. Di dahului oleh huruf jar (سبقه حرف جر)

    Misal : خرجتُ من المنزلِ (khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.

    Kata المنزلِ (= rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh مِن (min = dari) yang merupakan huruf jar.

  2. Mudhof Ilaih (مضاف إليه)
    Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.

    Misal : اشتريتُ خاَتِمَ حديدٍ (Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.

    Kata حديدٍ (= besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada خاَتِمَ (= cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.

Tambahan


Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (تابع).

Misal :
جاء رجلٌ كريمٌ (jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia

رأئتُ رجلاً كريماً (ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

مررُ برجلِ كريمٍ (marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.

Perhatikan setiap kata كريم (kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu رجلٌ ) ber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu رجلاً) ber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu رجلِ ) ber-i'rob jar.

Taabi’ (تابع) ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (النعت), athof (العطف), taukid (التوكيد), dan badal (البدل).
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.

Semua keadaan-keadaan di atas akan dijelaskan secara detail pada kesempatan mendatang, insyaAllah.
(selesai)

Pertanyaan:


  1. Apa yang dimaksud dengan I’rob rofa’, nashob, dan jar, serta sebutkan tanda-tandanya bagi setiap jenis isim (lihat pelajaran sebelumnya)
  2. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’?
  3. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi manshub?
  4. Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi majrur?
  5. Sebutkan contoh kalimat yang berbeda untuk masing-masing keadaan di atas (semampunya)

Link-link sebelumnya (secara berurutan):


Sunday 20 December 2015

I'RAB ISIM ,ISIM MARFU ,ISIM MANSHUB ,ISIM MAJRUR

إِعْرَاب اْلاِسْم
I'RAB ISIM
I'rab ialah perubahan baris/bentuk yang terjadi di belakang sebuah kata sesuai dengan kedudukan kata tersebut dalam susunan kalimat. Pada dasarnya, Isim bisa mengalami tiga macam I'rab yaitu:
1. I'RAB RAFA' ( رَفْع ) atau Subjek; dengan tanda pokok: Dhammah ( ُ )
2. I'RAB NASHAB (
نَصْب ) atau Objek; dengan tanda pokok: Fathah ( َ )
3. I'RAB JARR (
جَرّ ) atau Keterangan; dengan tanda pokok: Kasrah ( ِ )
Perhatikan contoh dalam kalimat di bawah ini:
جَاءَ الطُّلاَّبُ = datang siswa-siswa
رَأَيْتُ الطُّلاَّبَ
= aku melihat siswa-siswa
سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلاَّبِ
= aku memberi salam kepada siswa-siswa
Isim الطُّلاَّب (=siswa-siswa) pada contoh di atas mengalami tiga macam I'rab:
1) I'rab Rafa' (Subjek) dengan tanda Dhammah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبُ )
2)
I'rab Nashab (Objek) dengan tanda Fathah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبَ )
3)
I'rab Jarr (Keterangan) dengan tanda Kasrah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبِ )
Alamat I'rab seperti ini dinamakan Alamat Ashliyyah (عَلاَمَات اْلأَصْلِيَّة) atau tanda-tanda asli (pokok).
Perlu diketahui bahwa tidak semua Isim bisa mengalami I'rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata. Dalam hal ini, Isim terbagi dua:
1) ISIM MU'RAB ( اِسْم مُعْرَب ) yaitu Isim yang bisa mengalami I'rab. Kebanyakan Isim adalah Isim Mu'rab artinya bisa berubah bentuk/baris akhirnya, tergantung kedudukannya dalam kalimat.
2) ISIM MABNI ( اِسْم مَبْنِي ) yaitu Isim yang tidak terkena kaidah-kaidah I'rab. Yang termasuk Isim Mabni adalah: Isim Dhamir (Kata Ganti), Isim Isyarat (Kata Tunjuk), Isim Maushul (Kata Sambung), Isim Istifham (Kata Tanya).
Perhatikan contoh Isim Mabni dalam kalimat-kalimat di bawah ini:
جَاءَ هَؤُلاَءِ
= datang (mereka) ini
رَأَيْتُ هَؤُلاَءِ = aku melihat (mereka) ini
سَلَّمْتُ عَلَى هَؤُلاَءِ = aku memberi salam kepada (mereka) ini
Dalam contoh-contoh di atas terlihat bahwa Isim Isyarah هَؤُلاَءِ (=ini) tidak mengalami I'rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata, meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah-ubah, baik sebagai Subjek, Objek maupun Keterangan. Isim Isyarah termasuk diantara kelompok Isim Mabni.
Bila anda telah memahami baik-baik tentang pengertian I'rab dan tanda-tanda aslinya, marilah kita melanjutkan pelajaran tentang Isim Mu'rab.
اِسْم مَرْفُوْع
ISIM MARFU'
Isim yang mengalami I'rab Rafa' dinamakan Isim Marfu' yang terdiri dari:
1) Mubtada' (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal). Perhatikan contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ
= rumah itu besar
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌ = rumah itu besar (lagi) indah
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ
= rumah besar itu indah
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ غَالٌ
= rumah besar itu indah (lagi) mahal
Dalam contoh di atas terlihat bahwa semua Isim yang terdapat dalam Jumlah Ismiyyah adalah Marfu' (mengalami I'rab Rafa'), tandanya adalah Dhammah.

2) Fa'il (Subjek Pelaku) atau Naib al-Fa'il (Pengganti Subjek Pelaku) pada Jumlah Fi'liyyah (Kalimat Verbal). Contoh:

جَاءَ مُحَمَّدٌ = Muhammad datang
يَغْلِبُ عُمَرُ = Umar menang
يُغْلَبُ الْكَافِرُ = orang kafir itu dikalahkan
لُعِنَ الشَّيْطَانُ = syaitan itu dilaknat









مُحَمَّدٌ (=Muhammad) --> Fa'il --> Marfu' dengan tanda Dhammah
عُمَرُ
(=Umar) --> Fa'il --> Marfu' dengan tanda Dhammah
الْكَافِرُ
(=orang kafir) --> Naib al-Fa'il --> Marfu' dengan tanda Dhammah.
الشَّيْطَانُ (=syaitan) --> Naib al-Fa'il --> Marfu' dengan tanda Dhammah.
Pahamilah baik-baik semua kaidah-kaidah yang terdapat dalam pelajaran ini sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya.
اِسْم مَنْصُوْب
ISIM MANSHUB
Isim yang terkena I'rab Nashab disebut Isim Manshub. Yang menjadi Isim Manshub adalah semua Isim selain Fa'il atau Naib al-Fa'il dalam Jumlah Fi'liyyah.
1) MAF'UL (مَفْعُوْل) yakni Isim yang dikenai pekerjaan (Objek Penderita).

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ
= Muhammad membaca al-Quran
القُرْآنَ (= al-Quran) --> Maf'ul --> Manshub dengan tanda fathah.
2) MASHDAR ( مَصْدَر ) yakni Isim yang memiliki makna Fi'il dan berfungsi untuk menjelaskan atau menegaskan (menguatkan) arti dari Fi'il.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً
= Muhammad membaca al-Quran dengan tartil
تَرْتِيْلاً (= perlahan-lahan) --> Mashdar --> Manshub dengan tanda fathah.
3) HAL ( حَال ) ialah Isim yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan Fa'il atau Maf'ul ketika berlangsungnya pekerjaan.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ خَاشِعًا
= Muhammad membaca al-Quran dengan khusyu'
خَاشِعًا (= orang yang khusyu') --> Hal --> Manshub dengan tanda fathah.
4) TAMYIZ ( تَمْيِيْز ) ialah Isim yang berfungsi menerangkan maksud dari Fi'il dalam hubungannya dengan keadaan Fa'il atau Maf'ul.


قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ عِبَادَةً   =Muhammad membaca al-Quran sebagai suatu ibadah
عِ بَادَةً(= ibadah) --> Tamyiz --> Manshub dengan tanda fathah.
5) ZHARAF ZAMAN (ظَرْف زَمَان) atau Keterangan Waktu dan  
ZHARAF MAKAN (ظَرْف مَكَان) atau Keterangan Tempat.
قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ لَيْلاً
= Muhammad membaca al-Quran pada suatu malam
لَيْلاً (= malam) --> Zharaf Zaman --> Manshub dengan tanda fathah. 
 
Diantara Zharaf Zaman: يَوْمَ (=pada hari), اَلْيَوْمَ (=pada hari ini), لَيْلاً (=pada malam hari), نَهَارًا (=pada siang hari), صَبَاحًا (=pada pagi hari), مَسَاءً (=pada sore hari), غَدًا (=besok), اْلآنَ (=sekarang), dan sebagainya.
Diantara Zharaf Makan:
أَمَامَ (=di depan), خَلْفَ (=di belakang), وَرَاءَ (=di balik), فَوْقَ (=di atas), تَحْتَ (=di bawah), عِنْدَ (=di sisi), حَوْلَ (=di sekitar), بَيْنَ (=di antara), جَانِبَ (=di sebelah), dan sebagainya.



6) Mudhaf yang berfungsi sebagai MUNADA (مُنَادَى) atau Seruan/Panggilan.
رَسُوْلُ اللهِ (=Rasul Allah) adalah Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bila berfungsi sebagai Munada, maka kata رَسُوْل (=Rasul) sebagai Mudhaf menjadi Manshub.
يَا رَسُوْلَ اللهِ
= Wahai Rasul Allah
Sedangkan bila Munada itu adalah Isim Mufrad yang bukan merupakan Mudhaf-Mudhaf Ilaih, maka Isim tersebut tetap dalam bentuk Marfu'. Contoh:

يَا مُحَمَّدُ
= Wahai Muhammad
7) MUSTATSNA ( مُسْتَثْنَى ) atau Perkecualian ialah Isim yang terletak sesudah ISTITSNA (اِسْتِثْنَى ) atau Pengecuali. Contoh:

حَضَرَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدًا
= para siswa telah hadir kecuali Zaid
إِلاَّ  (=kecuali) --> Istitsna (Pengecuali).
زَيْدًا (=Zaid) --> Mustatsna (Perkecualian) --> Manshub dengan tanda Fathah
Kata-kata yang biasa menjadi Istitsna antara lain:
إِلاَّ - غَيْرَ - سِوَى - خَلاَ - عَدَا - حِشَا
Semuanya biasa diterjemahkan: kecuali, selain.
Isim yang berkedudukan sebagai Mustatsna tidak selalu harus Manshub. Mustatsna bisa menjadi Marfu' dalam keadaan sebagai berikut:
a) Bila berada dalam Kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya disebutkan. Maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh Marfu'. Contoh:

مَا قَامَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدًا
= para siswa tidak berdiri kecuali Zaid
مَا قَامَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدٌ
= para siswa tidak berdiri kecuali Zaid
Kalimat di atas adalah Kalimat Negatif (ada kata: tidak) dan disebutkan Subjek yang dikecualikan darinya yaitu الطُّلاَّبُ (=para siswa) maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh pula Marfu' (زَيْدًا atau زَيْدٌ).
b) Bila Mustatsna berada dalam kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya tidak disebutkan sedangkan Mustatsna itu berkedudukan sebagai Fa'il maka ia harus mengikuti kaidah I'rab yakni menjadi Marfu'. Contoh:

مَا قَامَ إِلاَّ زَيْدٌ
= tidak berdiri kecuali Zaid
Mustatsna menjadi Marfu' karena berkedudukan sebagai Fa'il (زَيْدٌ) dan berada dalam Kalimat Negatif yang tidak disebutkan Subjek yang dikecualikan darinya.
اِسْم مَجْرُوْر
ISIM MAJRUR
Isim yang terkena I'rab Jarr disebut Isim Majrur yang terdiri dari:
1) Isim yang diawali dengan Harf Jarr. Yang termasuk Harf Jarr adalah: بِ (=dengan), لِ (=untuk), فِيْ (=di, dalam), عَلَى (=atas), إِلَى (=ke), مِنْ (=dari), كَـ (=bagai), حَتَّى (=hingga), وَ / تَـ untuk sumpah (=demi ...).
Perhatikan contoh-contoh berikut:
أَعُوْذُ بِاللهِ = aku berlindung kepada Allah
أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ
= aku shalat di masjid
وَالْعَصْرِ = demi masa!

الله / الْمَسْجِد/ الْعَصْر pada kalimat-kalimat di atas adalah Isim Majrur karena didahului/dimasuki oleh Harf Jarr. Tanda Majrurnya adalah Kasrah.

2) Isim yang berkedudukan sebagai Mudhaf Ilaih. Contoh:

رَسُوْلُ اللهِ (=Rasul Allah) --> رَسُوْلُ [Mudhaf], اللهِ [Mudhaf Ilaih]
أَهْلُ
الْكِتَابِ (=ahlul kitab) --> أَهْلُ [Mudhaf], الْكِتَابِ [Mudhaf Ilaih]

Mudhaf Ilaih selalu sebagai Isim Majrur, sedangkan Mudhaf (Isim di depannya) bisa dalam bentuk Marfu', Manshub maupun Majrur, tergantung kedudukannya dalam kalimat. Perhatikan contoh-contoh kalimat di bawah ini:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
= berkata Rasul Allah
أُحِبُّ رَسُوْلَ اللهِ
= saya mencintai Rasul Allah
نُؤْمِنُ بِرَسُوْلِ اللهِ = kami beriman kepada Rasul Allah
Dalam contoh-contoh di atas, Isim رَسُوْل merupakan Mudhaf dan bentuknya bisa Marfu' (contoh pertama), Manshub (contoh kedua) maupun Majrur (contoh ketiga). Adapun kata الله sebagai Mudhaf Ilaih selalu dalam bentuk Majrur.
3) Termasuk dalam Mudhaf Ilaih adalah Isim yang mengikuti Zharaf.
يَجْلِسُوْنَ أَمَامَ الْبَيْتِ
= mereka duduk-duduk di depan rumah
أَقُوْمُ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
= aku berdiri di bawah pohon

Dalam contoh di atas, Isim الْبَيْتِ (=rumah) dan Isim الشَّجَرَةِ (=pohon) adalah Isim Majrur dengan tanda Kasrah karena terletak sesudah Zharaf أَمَامَ (=di depan) dan تَحْتَ (=di bawah). Dalam hal ini, kedua Zharaf tersebut merupakan Mudhaf sedang Isim yang mengikutinya merupakan Mudhaf Ilaih.
Hafalkanlah istilah-istilah tata bahasa Arab yang terdapat dalam pelajaran ini sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya.

Friday 4 December 2015

ISIM MAUSHUL (Kata Sambung) الاسم الموصول

ISIM MAUSHUL (Kata Sambung) الاسم الموصول 
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. 
Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang".
isim maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang


dapat menjadi isim mausul, yaitu: من , ما , serta الذي
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ  (yang). 
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat جَاءَ الطَّالِبُ  :     = datang mahasiswa itu
Kalimat II الطَّالِبُ  يَدرُسُ الشَّرِيعَة   : = mahasiswa itu belajar Syari’ah
Kalimat III  يَدرُسُ الشَّرِيعَة   جَاءَ الطَّالِبُ الَّذِي = datang mahasiswa yang belajar Syari’ah
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka:
*  الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
جَاءَتِ الطَّالِبَةُ الَّتِي تَدْرُسُ الشَّرِيعَة  datang mahasiswi yang belajar Syari’ah
Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
* الَّذِيْ  menjadi:  الَّذَانِ  sedangkan  الَّتِيْ  menjadi:  الَّتَانِ
جَاءَ الطَّالِبَانِ الَّذانِ يَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة  = datang dua mahasiswa yang belajar Syari’ah
جَاءَتِ الطَّالِبَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة= datang dua mahasiswi yang belajar Syari’ah
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
* الَّذِيْ  menjadi:   الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ  menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ
=  جَاءَ الطُّلَّابُ الَّذِينَ يَدْرُسُونَ الشَّرِيعَةdatang mahasiswa-mahasiswa yang belajar Syari’ah
جَاءَتِ الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي يَدْرُسْنَ الشَّرِيعَة= datang mahasiswi-mahasiswi yang belajar Syari’ah.